Di Karawang ternyata ada gua purba … peninggalan zaman prasejarah.
Hmm .. menarik juga untuk dikunjungi. Om Adi pernah mencari cari gua ini tapi tidak diketemukan. Dia pernah mengungkapkan perasaan … ehh memangnya ngapain … maksudnya dia masih kepo alias want to know akan keberadaan gua ini, makanya saya ajak om Adi supaya dia tidak penasaran. Sekalian merayakan last Sunday ride di tahun 2016.
Jam 7.40 ketemuan dengan om Adi yang menunggu di stopan jl RA Kartini. Si om sedang santai duduk di warung “ayo om .. kita hayuk atuh ..”
Perjalanan kali ini adalah main lurus lurusan … pokoknya lurus aja menyusuri jalanan kalimalang mengarah ke Karawang sampai bosen. Ketika ban sepeda menggelinding di jalanan cor beton sepanjang jalanan kalimalang, awan sedikit mendung tidak membuat badan terpanggang … meskipun jalanan kalimalang ini rata … anginnya sangat kencang … beberapa kali angin datang dari arah depan … serasa gowes menanjak yang panjang.
Di daerah Cikarang kita berhenti .. tepat di area jembatan siphon Cibeet.
Yang unik … aliran sungai kalimalang harus menyebrangi sungai Cibeet yang dalam dan besar .. dan caranya … adalah menyelam … yap di buat “underpass” sungai Kalimalang mengalir di bawah sungai Cibeet … wow … rekayasa teknik sipil yang hebat ya ..
Di daerah Karangmulya Telukjambe, kita berpisah dengan Kalimalang, bye bye … berbelok ke kanan mengarah ke Loji. Jalanan mulai rolling naik turun tapi tidak parah masih enak untuk di gowes. Dan di satu titik gps menunjuk belok ke kiri, tidak ada penunjuk arah sama sekali untuk menuju gua ini … sayang ya, belum sadar wisata.
Berbelok dan .. langsung suasana berubah ….
kita berada di area yang blong .. kosong …. berwarna putih …. are we in heaven …. NO … ini area penambangan kapur … omg …. cucok banget berada di sini pada saat panas terik begini.
serasa di lautan putih … untung saja tidak perlu pakai lama mesti mengarungi lautan ini, di ujung lautan sudah ada pepohonan … hutannn .. finally .. tempat berteduh dari semua kegersangan ini … #halahhh
Kita mengikuti jalanan yang rimbun masuk ke dalam hutan belantara … tidak segitunya amat sih … tapi memang lebat lho … kontras banget dengan area penambangan kapur. 20 meteran dari titik awal hutan .. sampailah di pintu gerbang … ya gapura .. Gua Dayeuh … rindang dan adem … oleh rimbunnya pohon2 bambu.
sepi … sunyi … krik krik …. “silahkan masuk pak “ … ehh ada suara orang di balik kerimbunan pohon bamboo.
ternyata ada penjaganya … orangnya sangat ramah dan menyenangkan … dia ada disini bersama 2 orang temannya yang menemani … biar ga kesepian …
Tidak ada turis lain .. selain kita .. tiket masuk 5.000 perak perkepala. Area ini berada dalam pengawasan Perhutani, makanya tetap terawat keasriannya tidak di jadikan area tambang kapur.
Sepeda di parkirkan disini .. dan berjalan memasuki hutan rimbun … sunyi … untung berdua kesini … hehehe .. dasar penakut … eh ada lagi deng yang nemenin … monyet2 bergelantungan … ya disini ada monyet2 liar … salah satu penghuni asli hutan ini.
Hiking menurun tapi tidak curam, tidak jauh sih jalan dari parkiran paling sekitar 50 meteran …
Sampai di gua pertama .. guanya hanya berbentuk cerukan … stalaknit bergantungan … dan berkesan mistis karena ada tempat bersemedi dan banyak sesajian yang di tinggalkan disini … terlihat kotor.
Sebenarnya kita berada dalam gua vertical yang melingkar besar berdiameter +- 300 m ditumbuhi oleh pohon2 besar dan vegetasi lainnya yang berumur puluhan bahkan ratusan tahun. Kabarnya di disini diketemukan fossil kerang laut … wahhh … berarti pada zaman prasejarah area ini adalah laut ..
Didalam lubang besar ini ada lagi gua2 kecil dan 4 gua besar. Dipercaya oleh para penduduk bahwa dari salah satu gua tersebut ada gua panjang yang tidak tahu tembus kemana … apalagi berdasarkan cerita teman penjaga loket, bahwa pada saat penambangan kapur terjadi diketemukan lubang besar dan kemungkinan tembus ke salah satu gua disini.
Saya takjub melihat beberapa pohon yang sangat besar menjulang … suasana disini sangat adem … sepi dan sunyi .. cocok deh kalau mau mencari ketenangan …
Bupati Karawang ke 2 Raden Anom Wirasuta dilantik di gua Dayeuh untuk menggantikan ayahnya Raden Adipati Singaperbangsa, kabarnya pada saat itu pemerintahan Karawang sedang ribut … sehingga Raden Anom Wirasuta bersembunyi di sini.
Kita berkelana di area gua Dayeuh … melihat kesana kesini … bahkan sampai memanjat ke atas tebing .. dan hutan di area ini memang sangat rimbun.
Setelah puas explore … kita kembali ke parkiran.
Duduk2 dulu di area parkiran sangat nyaman … tidak sesepi di area gua, sambil ngadem di kerindangan dan kerimbunan pohon bambu. Dari tadi perut sudah bunyi2 …. laperrr. Mengaso sambil buka perbekalan … makan2 kue untuk ganjel perut dan ngupi2 dulu … ngopi Vietnam style tanpa sianida … enak benerrr … caffeine memang memulihkan stamina.
Perjalanan pulang kembali menyusuri Kalimalang dengan hembusan angin yang lebih besar … menggowes dengan berat dan di kejauhan langit terlihat gelap …. dan semakin dekat .. dan dekat … akhirnya turun hujan dengan derasnya …. setelah pasang rain gears … kita jalan lagi.
Berpisah dengan om Adi di jl Kartini Bekasi, dan saya kembali meneruskan perjalanan menyusuri kalimalang menuju Jakarta dengan ditemani hujan sepanjang perjalanan sampai ke rumah.
Lokasi Gua Dayeuh
Dusun Citaman, Desa Tamansari, Kecamatan Pangkalan, Karawang
Koordinat Google maps -6.435229, 107.218311
Minggu 25 Desember 2016
keren kak dengan kekonsistensinya mencari tempat yang antimainstrem
ngubek2 yang disekitaran aja mba winny .. yang masih kuat di gowesnya 🙂
Saya setuju dengan Winny, Mas selalu pintar mencari tempat wisata antimainstream tapi sarat banget dengan kisah-kisah sejarah (kali ini prasejarah) yang seru dan bikin penasaran, hehe. Belum selesai saya berpikir soal aliran sungai yang dibikin mengalah pada jalan raya, eh dikasih gua tempat penemuan fosil kerang! Duh bikin mupeng. Saya baru tahu Buni sebagai sentra peradaban prasejarah di seputaran Bekasi tapi kalau ini bekas laut kayaknya Buni bisa jadi di tepian pantai yah dulunya? Hehe. Ada jejak sejarah spiritual juga yang seru buat digali. Mudah-mudahan bisa tandang kemari, amin.
wah ga kebayang kalau Buni adalah area pantai ya … dan area karawang ini adalah laut … bener2 perubahan alam yang dasyhat. Kabarnya peninggalah prasejarah Bekasi di ketemukan di Cibarusah dan Buni Babelan. Sayang tidak dibuatkan situs prasejarahnya, sehingga kita bisa kehilangan jejaknya.
Aamiin .. semoga kesampaian jalan2 kesini dan explore gua dayeuh ini beserta sejarahnya.
Iya memang sayang banget itu Situs Buni, entah sekarang jadi apa. Padahal budaya gerabahnya adalah satu dari tiga yang berkembang di Nusantara. Amin, terima kasih doanya.
wah hebat sekali peradaban situs Buni … sayang sekarang tidak ada bekasnya.
saya pernah gowes ke situs buni dan tidak menemukan tanda2 peninggalan prasejarah disana ..
daerah Bekasi dan sekitarnya ini banyak tempat bersejarah yang belum banyak orang tahu
jadi menunggu2 post berikutnya tentang apa ya
postingan berikutnya .. tergantung ban menggelinding ke arah mana 🙂
Baru tahu ada gua purba di Karawang berkat gowesan om J, 🙂
Pemdanya kurang sadar wisata sehingga gua yang keren ini gak pernah terekspos.
Pohon gede itu seperti pohon palaka, seperti yang saya tulis di blog saya: https://alrisblog.wordpress.com/2016/10/08/pohon-palaka-bertahan-ratusan-tahun-menantang-zaman/
Lihat pokok bagian bawahnya persis pohon palaka. Jadi itu dulu zaman baheula memang laut. Karena pohon palaka tumbuh di pinggir laut. Pohon palaka yang di gua purba Dayeuh sudah menyesuaikan diri hidup dengan lingkungannya.
pariwisata daerah memang butuh support dari masyarakat supaya dikenal dan maju. supaya pemda–nya jadi lebih tergerak.
pohon palaka dan fossil kerang jadi bukti kuat bahwa daerah ini dulunya (zaman prasejarah) adalah laut, …. amazing sekali bagaimana bumi ini berubah. dahulu karena “alam” yg merubahnya tapi pada zaman sekarang karena ulah manusia bumi berubah.
Yoi kang, manusia merubah alam, maka kita tuai bencana dimana-mana.
semoga kita semua belajar dari kesalahan2 terhadap alam dan selalu menjaga harmonisasi dengan alam… aamiin
hasilnya fotonyaaa, keren semua, jadi mupeng bisa menghasilkan hasil jepretan yang kece kayak gitu 🙂
terimakasih mba… jadi malu. motret motret saya masih cetek … hehehe.
Begitu banyak kekayaan alam budaya seputar kita ya Kang yg menarik untuk dikunjungi. Kulit kerang dan bukit gampingnya menunjukkan hasil pengangkatan dasar laut ya Kang. Selamat terus gowes dan kami menikmati postingannya.
kita memang kaya budaya dan alam… bahkan disekitar kita ya mbak.
terimakasih support-nya mba prih
kalo lihat orang sepedahan jadi inget kayuh pedal cumbu Indonesia hehe
wah… kalau pake cumbu cumbu pasti inget deh 😀
Goanya keliatan horor, mirip2lah sama Goa Cerme di Jogja
memang aura-nya mistis … jangan sendirian kesini… sepi bgt 🙂 Gua ini memang suka dijadikan tempat bertapa, banyak bekas2 sesajen.
Penjaganya gak berani ya kang, soalnya diliat dari foto tampak serem dan udah pasti sepiiii hahaha
Penjaga nya gak berani sendiri maksudnya hehehe
iya .. keeung tempatnya … hiyyyy
saya juga kalau sendirian kesini … ngga ah 😀
Ternyata di Karawang ada gua juga, baru tahu aku. Itu pohonnya pasti udah tua banget karena batangnya sudah seperti itu. Jadi pengen ngikut nih Mas kalau ngeblusuk seperti ke sini ini.
di area gua ini dipercaya sebagai hutan purba, jadi banyak peninggalan prasejarah kayaknya.
wah kalau mas christ yang foto2, pasti keren bangettt … jadi banyak yg datang kesini dan tempat ini ga sepi begini… 😀
Wah ada gue purba juga yach di Kerawang. Baru dengar. Nga sabar pengen baca penelusuran mas ke tempat-tempat seperti ini lagi.
gua–nya ga populer makanya sepi.
ternyata banyak juga tempat disekitar kita yg menarik tapi lepas dari pehatian
asyik juga mengunjungi kota bekasi sebab banyak tempat2 bersejarah yg blm terjamah dan masih asri
di Bekasi banyak juga tempat wisata yang menarik. Gua Dayeuh ini lokasinya di Karawang bersebelahan dengan Bekasi.
itu sungai ketemu sungai dibikin underpass gimana kang? haha masih ga ngerti
Air sungai kalimalang melintasi/menyebrang sungai Cibeet melalui terowongan air di bawah sungai Cibeet, semacam “underpass” jalan